Dari mulai teledor, toilet, sampai pantai duyung Samila (2)


Samila beach, Songkhla

Songkhla, 23 December 2019.

Setelah sampai terminal, kami bertiga diantar po贸h ke kedutaan Indo di Songkhla. Acara selesai pukul 3 sorean, setelah dijemput, ternyata kami diajak mampir ke pantai yang berada tepat di belakang gedung kedutaan. Pantai Samila.

Ah! cerita soal tolet belum kutuliskan disini. Setelah opening toilet di terminal Hatyai, kejadian toilet berlanjut di gedung kedutaan. Setelah masuk di area kedutaan, kemudian mengisi daftar hadir, as usual aku pengen ke toilet. Padahal, baru kurang dari sejam yang lalu sudah mampir di toilet terminal. Tapi mungkin karena selama perjalanan aku minum sebotol tuntas air mineral, jadinya seperti yang kusebutkan tadi; pengen buang air kecil.


toilet kedua

Setelah urusan di kedutaan selesai, kami mampir ke pantai yang kusebutkan tadi. Mobil berhenti dan semua turun, termasuk aku yang bergegas turun dan apalagi kalau bukan ingin mencari toilet. Kebetulan, toilet lumayan jauh kalau ditempuh dengan berjalan kaki, po贸h kemudian menawariku untuk diantar sekalian dengan mobil, kami turun tepat di depan toilet. Ide bagus, dan ternyata im the only one who wants to go to toilet.  Namun po贸h tidak mengantaru saja, beliau juga menuntaskan urusannya disana, ehehe. Karena toilet umum, kami perlu membayar 3 koin bath, po贸h tentu sudah menyiapkannya.

toilet wanita di samila beach
Jadi selama seharian itu, di 3 tempat berbeda, aku sekaligus mengunjungi toilet-toiletnya. Bahkan waktu di kedutaan, aku ke toilet dua kali.

Cerita tentang keseringan ke toilet di tempat baru ini bukan kebiasaan baru. Bahkan waktu di KLIA, entah berapa kali aku masuk di setiap sudut toilet, hanya untuk buang air kecil. Juga waktu pertama kali sampai di bandara juanda waktu diantar Abi Umik. Turun mobil, aku langsung mencari toilet, yang ternyata toilet luar tunggu bandara kotor sekali, juga banyak nyamuk.

Di pantai, kami menikmati segelas air kelapa sambil makan ice cream dengan topping dengan, kacang, roti, dan berbagai isian lainnya. Meskipun penampakannya cantik sekali, rasanya menurutku biasa saja, oh juga ada ketan dan kolangkaling, semua dicampur jadi satu di setengah batok kelapa.
ice cream kelapa dengan buanyak topping
Setelah makan ice cream, kami melanjutkan perjalanan di bagian pantai yang lain, ke arah barat. Po贸h menjelaskan kalau tempat kami makan ice cream tadi adalah patung kepala naga, tak jauh dari sana ada patung badan naga, yang hanya terlihat seperti patung melengkung yang keluar dari tanah. dan ke barat lagi, ada patung ekor naga. Yang kalau digabung jadi satu, ketiga patung itu membentuk naga yang sangat besar dan panjang. Hanya saja, yang terlihat cuma bagian-bagian yang ada saja.

Di hampir ujung pantai, po贸h menurunkan kami di dekat patung duyung samila. He said that this duyung statue is an icon of this beach. Turun dari mobil, kami berjalan di sepanjang pantai, panjaaang sekali garis pantai itu, ada beberapa kuda yang disewakan untuk dinaiki, tapi kata kakak pengantar kami--anak po贸h, bilang kalau naik kuda mahal disini.

Disepanjang pantai, seperti biasa, aku dan dua temanku sibuk berfoto. Juga kemudian mengantri di tempat patung duyung. Banyak turis yang bergerombol disana. Then karena sudah lumayan sepi, I decided to take a line, eman juga jauh-jauh kesana gak ada foto in frame. Mbak duyungnya ternyata naked ga pakai baju,  but it's okay right it just a statue wkwkw.

Setelah puas di pantai, po贸h mengajak kami ke surau yang terletak di pojok pantai. Di belakang surau, ada pemukiman penduduk nelayan. barisan perahu, jala, dan perlengkapan nelayan lain. Juga ada sekumpulan ibu-ibu yang sedang asyik mengobrol. Anak-anak juga terlihat asyik bermain. Angin pantai terasa sangat nyaman dan menyenangkan, rasa angin asin khas udara pantai. 

Surau di pojok pantai, dibelakang masjid ini, ada pemukiman penduduk nelayan
Anak-anak bermain sepak bola di depan halaman masjid.


Ibu-ibu terlihat bercengkrama
Setelah sholat dan sebentar duduk-duduk dikursi pantai dekat masjid, kami melanjutkan perjalanan pulang. Po贸h mengantar ke terminal Hatyai. Kemudian kami naik van terakhir yang berangkat ke Padang Besar. Sepanjang perjalanan menuju Sadao, aku tidur yang rasanya nyaman sekali. Entahlah.. kalau bisa dibilang alay, ini perjalanan angkutan umum dengan kursi ternyaman yang kurasakan wkwkw.

Dannnn.. akhirnya sampai rumah sekitar pukul 8 lebih, ternyata van tidak berhenti di terminal Padang Besar. Van tepat berhenti di depan rumah kami. Dengan kaget, kami langsung turun dan mampir ke warung ibu depan rumah. Aku memesan nasi goreng, dua temanku mie goreng tomyam asaamm, dan dadar telor dengan kuah sop penghilang pengar.

Esok esok, kalau ada cuti, kami berencana pergi lagi ke Hatyai, sekedar jalan-jalan dan berbelanja di mall dekat terminal dan mampir ke pantai Samila (lagi) hehehe..

Semoga saja Allah menghendaki, yang terpenting, weekdays kita masih bisa lakukan kegiatan rutin harian; mengajar馃榿馃榿 

Butuh banyak energi untuk bisa jalan-jalan dan muter-muter kesana kemari, mumpung usia dan kesempatan masih mendukung, Alhamdulillah.

Komentar

Postingan Populer