#1 Istimewanya Surabaya buatku

Lampu merah di depan tugu Pahlawan

Kalau ditanya apa kota yang paling berkesan sepanjang 23 tahun hidupku, jawabannya adalah Surabaya.

Aku lahir dan tumbuh di desa pinggiran sungai Bengawan Solo kabupaten Gresik, desa yang dekat kecamatan dengan kegiatan sehari-hari penduduknya adalah berdagang. Karena di desaku ada Pasar Besar, pusat perdagangan ada disini. 

Kedua orangtuaku pedagang ulung sejak umurku balita, begitupula dengan  kakek nenek dari Umik, Ibuku. Bahkan kedelapan saudara Umik semuanya berdagang, hanya satu yang berprofesi sebagai guru.

Berdagang sudah seperti menjadi bagian dari keluarga kami. Untuk memasok persediaan dagangan, Umik Abi biasa pergi ke Surabaya; Pasar Turi dan Pasar Kapasan adalah tempat yg biasa mereka kunjungi. Sebulan mereka bisa sampai 6 kali tengkulak ke Surabaya.

Aku masih ingat sekali memori angkot kuning angguna yang berjejer tak karuan di sepanjang jalan di sekitar Pasar Turi. Dulu Surabaya tak sebersih dan serapi sekarang, apalagi Kebun Binatang, beuh mirip seperti tempat pembuangan sampah, sampah tercecer dimanah-mana.

Waktu kecil, sesekali aku ikut Umik Abi berbelanja. Dulu, Abi ke Surabaya naik motor, dengan barang belanjaan diikat di belakang, atau kadang juga menumpang angkutan umum, sampai Abi bisa membeli mobil bekas, perjalanan ke Surabaya jadi lebih mudah, aku dan Umik juga bisa ikut menemani. 

Sebagai anak yang tumbuh di desa, pergi ke Surabaya merupakan hal yang sangat menyenangkan, seperti bertamasya. Melihat bangunan tinggi dan megah, mengamati kesibukan orang-orangnya, ramai jalanan, melihat banyak jenis mobil dan kendaraan, juga ikut Abi berkeliling membeli barang dagangan.

Di Pasar Kapasan, Abi selalu berbelanja di tempat yang sama, Cece dan Koko pemilik toko bahkan sudah hafal dan kenal dengan kami karena sudah langganan lama.

Selain tinggal di kampung halamanku, aku pernah tinggal lama di kabupaten sebelahnya, Lamongan. 6 tahun belajar di pesantren di pesisir Paciran. Setahun setelahnya aku memutuskan untuk menempuh pendidikan Strata 1 di Surabaya. Disinilah aku tinggal dan belajar tumbuh meninggalkan masa remaja.

Di kota padat ini aku mengenal banyak hal baru, teman baru, kebiasaan baru, juga jenis teman yang sangat baru. Aku terbilang mudah beradaptasi karena hidup di pesantren membiasakanku begitu.

Jenis teman baru yang kumaksud adalah teman yg belum pernah kukenal seperti teman-temanku sebelumnya. Bahkan satu diantara mereka aku tidak bisa memahami jalan pikirannya. Kalau saja kuceritakan semua disini, mungkin kalian ikut kesal jika membacanya. 

Tetapi itulah teman, dan di kota inilah aku menemukan hal seperti itu. Belajar memahami perbedaan, menyesuaikan dengan lingkungan, tetap menjadi diri yg berprinsip, menghargai hal kecil, dan banyak rangkaian hal-hal sederhana yang membuatku makin menyukai Surabaya. Yang anehnya, meskipun menyebalkan, kota ini selalu saja istimewa.

Komentar

Postingan Populer