Lanjutan tentang Kesialan Kayla


Cerpen ini lanjutan dari cerita di postingan sebelumnya, klik disini untuk membaca.

Kayla mempercepat laju motornya. jalanan rasanya ramai sekali, motor dan mobil padat merayap, karena memang jam sudah menunjukkan pukul 8, Kayla biasanya berangkat  ke kantor sebelum pukul 8, kalaupun mepet, sebelum jam 8 pasti sudah sampai di kantor.

Sampai di perempatan dekat kantor, Kayla terhambat lampu lalu lintas, lampu sedang merah dan sialnya, ada mobil pemadam yang sedang berhenti tepat di tengah perempatan, menurunkan beberapa personilnya yang berseragam lengkap, membuat gaduh kendaraan lain. Tidak lama mobil polisi datang, ada 4 polisi yang juga berseragam lengkap mereka sibuk mendiskusikan sesuatu, berbicara dengan salah satu petugas pemadam sambil memblokade semua kendaraan.

Bunyi klakson tidak dapat dibendung, perempatan ramai riuh suara protes para pengendara dan tin-tin klakson yang bersahutan menambah riuh suasana. Semua kendaraan tidak bisa bergerak.

Kayla pun memutar otak, dia meminggirkan motor dan memarkirkannya di depan indomaret. Turun dari motor dia melepas jaket dan helm. Jaket dimasukkan ke jok motor dan helm disematkan sekenanya diatas spion kanan.

lalu Kayla berbegas menuju kantornya, hanya berselang 6 gedung dari indomaret tempatnya meninggalkan motor.

Sambil lari kecil dan sudah sampai setengah perjalanan, Kayla teringat dokumen yang harus ia selesaikan tertinggal di jok motor. Sambil mengumpat betapa cerobohnya, dia kembali ke Indomaret, mengambil berkas di jok motor.

Keringat Kayla membasahi kerudung bagian leher. Peluh itu tersamar karena ia mengenakan kerudung hitam. Sesampainya di Indomaret, helm yang terpasang di spion tiba-tiba raib. Hilang entah kemana.

"Aduh baru ditinggal beberapa menit, aaaaaargh" marahnya dalam hati.

Kayla pun masuk Indomaret, menanyakan ke pelayan Indomaret soal cctv dan apakah melihat sesorang yang mengambil helm pink di motor yang terparkir.

Nihil, si pelayan Indomaret tidak tahu menahu, cctv juga kebetulan sedang error jadi dimatikan, tidak bisa merekam kejadian. Lagian, parkiran tersebut juga tidak dipungut biaya, tidak ada yang menunggui.

Sambil mengusap peluh di dahi, Kayla keluar dari Indomaret. Menyadari kalau sedang haus dan panas, dia kembali masuk. Mengambil minuman sekenanya di kulkas, membayar di kasir, lalu duduk di kursi untuk minum.

Haus, panas, dan peluh, juga memikirkan soal raibnya helm membuat Kayla lupa kalau dia sedang bergegas menuju kantor, belum ceklok absensi.

"Aduh, ada apa dengan hari ini hisssssssssssh"

Kali ini Kayla berlari, melempar botol minum ke tong sampah lalu menuju gedung Kantor.

Sebelum masuk, pak Jo, satpam gedung yang melihat Kayla dari kejauhan menyapa dan melambaikan tangan 

"Pagi Mbak Keyl, tumben tel..." belum selesai kalimat sapaan pak Jo, Kayla yang sambil berlari, melambaikan tangannya dan tersenyum senatural mungkin sambil menjawab sapaan pak Jo

"Sorry pak Jo, aku kesusu, wes telat banget datengku"

Pak Jo dengan sigap membuka pintu kaca, Kayla masuk sambil tidak mengurangi kecepatan larinya.

Di depan lift, antrian mengular, banyak orang menunggu pintu lift terbuka.

Kayla memutuskan naik tangga, ikut antrian akan membuatnya makin lama sampai di kantor, dia lalu melewati puluhan anak tangga sambil berlari, peluh menetes, capek serta nafas yang tak karuan memburu.

kantor Kayla terletak di lantai 4.

Sampai di lantai 4, ternyata mbak Jeni sedang mengepel lantai dekat belokan pintu keluar tangga. Kayla yang sambil ngos-ngosan dan berlari panik tak menyadari kalau lantai basah, juga tidak memperhatikan papan kuning bertuliskan "awas basah" yang dipasang mbak Jeni.

Kayla terpleset, jatuh terduduk dengan posisi tangan kanan menumpu punggungnya. Kertas dalam map yang dibawanya tercecer, berserakan dan beberapa ada yang basah terkena sisa air pel.

Mbak Jeni yang sedang mengepel berteriak panik, mengira itu salahnya, mbak Jeni mengucap maaf berkali kali dan membantu Kayla berdiri. Tanpa sadar, Kayla menangis kesakitan, bayangkan, jatuh terduduk saja rasanya sudah sakit, apalagi ditambah dengan kecepatan lari dan kerasnya Kayla terjatuh karena lantai licin.

Sambil memeluk mbak Jeni, Kayla menangis tanpa suara, di dalam ruangan terlihat Enji berdiri, menyadari sedang ada ramai suara di lorong. Dia pun keluar.

Enji membuka pintu, menuju sumber suara.

"Keyla?" Enji berseru

"Kamu kenapa, mbak Jen ini kenapa Kayla nangis?" Enji menanyai mbak Jeni.

"Jatuh terduduk mas, tadi saya ngepel, masih basah lantainya terus mbak Kayla lewat dan jatuh, gimana ini mas" suara mbak Jeni terdengar memelas, dia terlihat sangat bersalah atas jatuhnya Kayla.

"Aduh gimana ini ya mbak, sek bentar Keyl tak panggilin yang lain ya biar mbopong kamu ke dalem" Jawab Enji, berusaha menenangkan Kayla yang sedang menangis menahan sakit.

Enji masuk ke kantor, memanggil Anisa dan Dea. Mereka berdua kemudian bergegas  keluar.

"Aduh Keyl, gimana kok bisa jatoh, kamu sampai nangis gitu, ayo sini kubantu berdiri" Anisa menarik tangan kiri Kayla. Dea menarik tangan kanannya, Kayla menyeru kesakitan. Tangan kanannya sakit sekali, terkilir waktu menahan badannya terjatuh.

Kayla tidak kuat menopang badannya sendiri.

Terlihat Enji memunguti kertas berserakan disekitar Kayla

"Keyl, ini berkasmu ya, tak bantu beresin, udah kamu berdiri dulu"

Akhirnya, sambil pelan, Anisa dan Dea membopong Kayla masuk. Mendudukannya di ruang tengah kantor. Perhatian semua karyawan sekarang tertuju kepada mereka. Ruangan besar itu seketika ramai, beberapa hanya melihat, beberapa menghampiri dan menanyakan apa yang terjadi.

Namun lebih banyak yang tetap sibuk dengan pekerjaan di mejanya masing-masing. Hanya beberapa detik saja fokus mereka teralikhkan karena Kayla.

Dea mengambilkan Kayla minum, Anisa dan Enji sudah kembali ke mejanya masing-masing. Enji meletakkan berkas Kayla di meja depannya, meja Kayla.

Setelah tenang dan sudah puas menangis, Kayla membisiki Dea 

"De, pak Manji ada?"

"Aman Keyl, tadi pagi banget dia keluar, katanya ada urusan ketemu klien, kamu udah gapapa? bisa berdiri gak? apa aku tinggal dulu ya ke mejaku? kamu disini dulu mumpung gak ada pak Manji" 

"eh gak, bantuin aku ke meja aja ya, banyak kerjaan hari ini, gabisa santai disini" jawab Kayla.

"duh Keyl, kamu habis jatoh, lagian kerjaan bisa nanti, bawa pulanglah kalau ga selesai"

Ide itu jelas ditolak mentah mentah oleh Kayla, dikepalanya jelas tidak ada rumus kalimat "kerjaan dibawa pulang"

"udah ah, bantu berdiri" jawab Kayla.

"Ye, ngeyel"

Sambil dibopong Dea, Kayla terdengar lirih bergumam "duh, hari ini gabisa ceklok lagi" sesalnya, dia melihat ke arah jam dinding, Jam meunjukkan pukul 08.57.

"gapapa Keyl, lagian kan kamu baru duakali ini kan di bulan ini, eh kok bisa telat sampai sejam sih? Oh iya aku terhitung hari ini udah skip ceklok 5 kali, coba itung berapa banyak potongan salary bulan ini, udah kelihatan, aduh tapi gapapa jangan ambil pusing yaa Dea" Dea terdengar menjawab gumaman Kayla sambil mengoceh sendiri.

Di mejanya, Kayla menyalakan komputer. Aneh, tidak ada suara desing yang biasa dia dengar. 

"Apa waktu weekend ada yang sengaja memperbaiki komputer ini?" tanya Kayla pada diri sendiri.

Selama 5 bulan bekerja disana, diantara semua komputer pegawai, hanya ada 2 komputer yang berdesing keras ketika dinyalakan, milik Kayla dan milik Husain. Komputer Husain terletak tepat di pojok ruangan, paling jauh dari pintu masuk. Sedang komputer Kayla paling dekat dengan ruang tengah, langsung mengarah ke ruangan pak Manji. Tim Lead para karyawan di lantai 4.

"Sudahlah" pikir Kayla, toh berdesing atau tidak, komputer tetap bisa digunakan seperti biasa.



**Sampai disini, cerita Kayla belum selesai. Nanti lah akan dilanjutkan lagi. Stay tune.

Komentar

Postingan Populer