Liburan 2 hari di akhir pekan


Sebenarnya kalau mau rajin, aku bisa menulis banyak hal. Dimanapun,  kapanpun dan bagaimana pun kondisinya. Hanya saja, kemampuanku menulis selalu tertahan oleh ketidakmauan ku.

Bukannya semua orang punya potensi yg sama? Jadi aku saja yang kalah dengan malasku hahahaha 

2 hari di akhir pekan ini aku melakukan banyak sekali kegiatan.  Setelah sibuk mengerjakan tugas Akreditasi di kantor--yang akhirnya harus kuselesaikan di sela-sela 2 hari ini sih. Aku bergegas untuk ke Stasiun Singosari. Jauh-jauh hari sebelumnya aku sudah memesan tiket pulang-pergi ke Surabaya. Sabtu aku berencana bertemu Himma, menginap di kos Karmen. Malamnya, kita makan bareng. Sebentar mengelilingi jalanan Surabaya, lalu besoknya kita ke pasar, masak, sarapan,  aku ketemuan dg teman dari kantor lama untuk mengobrol dan COD barang, sekaligus silaturahmi lalu siangnya lanjut ke dserqh Surabaya Selatan mengunjungi teman ddsri kantor lama yg baru lahiran. Kemudian sorenya istirahat, dan malam sebelum kembali ke Malang, kami akan naik perahu dari Taman Prestasi. Itu rencanaku 2 hari ini. 

Tapi kita lihat, bagaimana jadinya. 

Sesampainya di Stasiun Gubeng Lama sekitar pukul 4 sore, Himma tak kunjung membalas pesan whatsapp kalau aku sudah sampai. Jadilah, kuminta bantuan Febri untuk menjemput dan mengantarku ke kos Karmen. Lebih dari 30 menit aku menunggu di tempat duduk trotoar depan Stasiun. Banyak penumpang kereta yang turun bersamaku sidah dijemput, dan naik kendaraan umum lain, berpencar ke penjuru jalanan kota. 

Waktu itu panas sekali, cahaya matahari terik mengenai muka ku. Panas tapi menyenangkan, mungkin karena sudah lama aku tidak merasakan jalanan panas dan suntuknya Surabaya, jadi tubuhku bereaksi dengan menikmati cahaya panas itu. Satu dua pak ojek dan pengendara becak motor menghampiriku, menawari agar menggunakan jasa mereka. Namun kutolak karena Febri sedang perjalanan. 

Sambil menikmati pemandangan jalanan macet, kusempatkan melanjutkan drama Netflix yang sedang kutonton. Tadi, sebelum turun di Gubeng, aku menghilangkan perekat karet earphone ku. Jadilah sekarang hanya bisa dipakai sebelah, dan karena tidak efektif, aku menonton dengan tanpa suara--lebih tepatnya dengan background suara kelakson dan ramainya jalanan Surabaya di jam pulang kerja. Febri sampai sekitar pukul 4 lebih 33 menit. 

Sampai di kos, Himma membukukan gerbang, Himma pindah di kamar yang dulu kutempati. Kamar dengan background berbagai gambar berwarna dari kertas majalah itu sudah dibersihkan,  diganti dengan cat dinding kuning, senada dengan warna rumah kos Karmen. Kami mengobrol sebentar lalu aku mandi dan sholat Asar. Setelahnya sambil menunggu maghrib dan aku selesai sholat maghrib, kita bersiap untuk makan ikan bakar di dekat kos. Setelah makan, aku minta Himma untuk jalan-jalan. Niat awal, kita akan mengelilingi jalanan Tunjungan. Tapi karena ramai dan macet parah malam Minggu, jadilah kita belok ke Alun-Alun Surabaya, tanpa kita ketahui sebelumnya, disana  ada pertunjukan semacam ludruk dan musikal memperingati hari musik. Itu kali pertamaku masuk di area gedung  selain masjid dan perpustakaan Balai Pemuda. 

Ruang teater untuk pertunjukan  ada di lantai 2 gedung utama Alun-Alun ataubiasa disebut Balpem. Di lantai 1 gedung itu ada perpustakaan,  dan beberapa ruang Balai Pemuda. Dulu, waktu jaman kuliah, Febri sering kesana. Latihan menyanyi dengan teman komunitas. Di Alun-Alun, banyak ruang gedung yang dipakai untuk kegiatan pemuda Surabaya. Mereka berkumpul sesuai komunitas masing-masing, mungkin ini yg menjadikan gedung utama di Alun-Alun dinamai Balai Pemuda. 

Pertama kali aku ke Alun-Alun waktu itu dengan Febri, dia mengajak ke perpus. Karena gedung basement masih dalam pengerjaan,  kita hanya mengunjungi perpustakaan, juga mampir sholat di masjid yang bangunannya belum sempurna selesai. 

Di basement terdapat museum,  aku dan Himma berkeliling, banyak memotret karena wah ternyata aku baru tau kalau di jantung kota ini ada gedung seperti ini. Di pojok sebelah piano tua yang dipajang  ada 2 bapak-bapak seniman. Mereka menjual gambar karakter, pembeli bisa  custom sesuai keinginan mereka. Himma memesan satu gambar karakter wajah. Dia memesan gambar muka pacarnya, Al. 

Sambil menunggu gambar jadi sekitar 20 menit, kami naik ke lantai 2, ternyata ada pertunjukan musikal. Disana kami menikmati pertunjukan sekitar setengah jam. Sebelum pertunjukan selesai, bapak seniman itu mengabari kalau gambarnya sudah jadi. Kami kemudian turun. 

Di bawah, ternyata sudah banyak pengunjung yang mengular keluar gedung, jam menunjukkan pukul 9 lebih. Kami pun ke basement untuk mengambil gambar, ternyata bapak seniman itu sudah bersiap pulang. Kami kemudian berkeliling sebentar di pelataran Alun-Alun. Banyak pengunjung anak-anak di sekitar kolam air mancur, mereka senang sekali berebut menangkap gumpalan awan yg muncul di sekitar permukaan kolam. Kolam tersebut diberi efek asap sehingga terlihat banyak awan mengepul keluar. 

Lelah berkeliling, kami pulang. Sebelum ke kos kami mampir ke Mixue, menikmati eskrim cone.

Setibanya di kos, kami istirahat. Nyenyak sekali. 

Keesokan harinya, berjalan sesuai rencana. Pagi kita pergi ke pasar, berbelanja lalu mengelilingi jalan pasar karmen sampai masuk kek Jojoran satu, kami berjalan memutar. Di pasar kami tidak menemukan tempat yang menjual tepung terigu ukuran seperempat kilo, jadi kami berkeliling untuk mencari warung yang menjualnya. 

Sampai di warung belakang kos, tetap tidak ada. Jadilah kami membeli tepung racik ukuran kecil sekali, sebungkus kemasan dibanderol harga 1.000. Kami juga membeli kerupuk bawang seharga 5.000. Nah ketika membayar dengan nominal 10.000, si u=ibu bilang kalau tidak ada uang pecahan kecil. Jadilah kami berhutang dulu, bisa membayar nanti kalau lewat.

Sesampainya di kos, langsung kami mengolah bahan-bahan; ada cumi, kangkung, juga jagung yang akan dibuat pancake wkwwk bukan pancake sih kami menyebutnya tapi pelas. Masak membutuhkan waktu sekitar satu jam, setelahnya kami makan dan mandi, lalu aku ke cafe dekat Unair, bertemu dengan teman lama. Di cafe aku memesan secangkir kopi, capuccino. Iya, akhir akhir ini aku mencoba minum kopi. Namun dengan catatan kalau aku sudah makan, kalau perutku tidak terisi, bisa gawat. Kopi membuat jantungku terpacu lebih cepat, lalu kembung, pening, dan rasa tidak nyaman, seperti tangan mulai bergetar hebat dan rasa tidak nyaman karena kerja jantung yang meningkat.

Tapi kali ini beda, setelah minum kopi dengan perut penuh, rasanya fokus makin meningkat, kepalaku sedikit pening sih, namun masih bisa kuatasi.

Setelah mengoceh panjang lebar selama kurang lebih 3 jam, kami mengahiri pertemuan. Sekitar pukul 12.30 setelah dzuhur, aku memutuskan kembali ke kos. Tadinya mau berhenti di masjid Unair untuk sholat dhuhur. Tapi karena mendung, jadilah langsung pulang. Sampai di parkiran langsung hujan turun deras sekali.

Di kos, kami mengerjakan tugas masing-masing. Himma menbaca jurnal, dan aku melanjutkan tugas akreditasiku. Setelah asar, kami masak lagi. Kali ini, menu ikan panggangan yang Himma bawa dari rumah. Sambal buatan Himma tidak ada tandingannya, pedas mantap. Bahkan umik tidak membuat sambal seenak ini, maksudku sambal mereka sama-sama enak, hanya saja sambal versi himma, dengan ikan panggangan dan terasi khas yang tidak bisa diganti dengan merk lain, terasa amat sangat spesial. 

Selesai makan, kami bergantian mandi, sholat dan bersiap untuk pergi ke Taman Prestasi. Febri menyusul di kos setelah maghrib.

Pukul 6.30 kami berangkat. Sesampainya di lokasi, ternyata loket ditutup, katanya karena sungai terlalu dangkal, perahu tidak dapat beroperasi. Baiklah, aku sangat kecewa.

Lalu, daripada kami tidak melakukan apapun, dan cuaca sedang cantik juga mendukung. Kami kemudian mengambil banyak sekali foto. Di sekitar dermaga perahu, pemandangan lampu kota bagus sekali. apalagi gedung Tunjungan yang tinggi menjulang. Juga lampu disekitar sungai yang digantung rapi. Setelah puas memotret, kami menuju jalanan Karang Menjangan, menikmati jus di pinggiran jalan sambil menunggu jam keberangkatan keretaku. 

Jam menunjukkan pukul 8.10 kami bergegas pulang dan aku ke stasiun.

Dua hari ini begitu menyenangkan. Setidaknya aku bisa membuang penat yang kukumpulkan di awal tahun ini. Meskipun liburanku ini singkat, dengan sisipan mengerjakan tugas kantor, aku tetap happy.

Tengah malam aku sampai di Stasiun kota. Sepupuku datang menjemput dan kita menginap di kosnya.

Keesokan harinya, pagi-pagi jam 6 aku sudah bersiap, sudah mandi, berganti baju, dan menyiapkan sarapan untuk bekal di kantor. Setelah dapat gocar, aku menikmati perjalanan ke kantor yang hampir 40 menit itu dengan kantuk dan sambil meladeni bapak supir yang sedari aku masuk ingin sekali membicarakan banyak hal. 

Sudah dulu ya Nid, kalau kebanyakan, takutnya kamu tidak selesai membacanya.

See you di tulisan lain. 





















































































Komentar

Postingan Populer